🏒 Makam Syekh Abdurrauf As Singkili

SyekhAbdurrauf bin Ali al-Fansuri as-Singkili (Singkil, Aceh 1024 H/1615 M - Kuala Aceh, Aceh 1105 H/1693 M) adalah seorang ulama besar Aceh yang terkenal. Ia memiliki pengaruh yang besar dalam penyebaran agama Islam di Sumatra dan Nusantara pada umumnya. Sebutan gelarnya yang juga terkenal ialah Teungku Syiah Kuala (bahasa Aceh, artinya Syekh Ulama di Padapagi yang berbahagia ini, ingin mencoba berbagi sejarah Islam secara garis besar, ditinjau dari disiplin bidang ilmu yang saya dalami. Diawali dg Syech Abdurrauf As Singkil atau sebutan dimasa itu Tuanku Syech di Kuala yg belakangan di kenal dg Syiah Kuala yg lahir sekitar thn 1615 Masih memiliki hubungan family dg Hamzah Fansuri dan mereka masih keturunan persia dan Aceh juga memiliki beragam catatan sejarah yang luar biasa termasuk Aceh punya ulama besar salah satunya Syekh Abdurrauf, namun kita jangan sampai terlena dengan masa lalu,” katanya. UAS juga berziarah ke makam ulama Aceh, Syaikh Abdurrauf as-Singkili (1615) yang pertama kali menerjemahkan Al-Quran ke Bahasa Melayu dalam kitab Tarjuman Boestamidkk. 1981, Aspek Arkeologi Islam: tentang Makam dan Sunan Syekh Burhanuddin Ulakan, Padang: Proyek Pemugaran dan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, P & K Sumatra Barat. Boland, B.J, Mistik Islam Syeikh Abdurrauf As-Singkili, Semarang: Penerbit Bendera, 1999. A Latar Belakang. Sejarah intelektual ialah sejarah pemikiran yang bersifat tematik. Bidang sejarah intelektual ini telah lama ada pada zaman Greek yang bertumpu kepada aspekaspekagama seperti Kristian dan Islam sebelum abad ke-19 Masehi. Konsep sejarah pemikiran sama dengan sejarah filsafat yaitu kajian mengenai pemikiran manusia. Hidup pada masa gejolak dua mazhab yang sedang bertikai di Kerajaan Aceh Darussalam, membuat ulama Aminuddin Abdurrauf bin Ali Al-jawi Tsumal Fansuri al-Singkili yang diberi lakab Syiah Kuala, memilih jadi penengah dua kubu yang berkonflik itu. Konflik mazhab antara Syekh Nuruddin Ar-Raniry yang membawa paham Wahdatus Syuhud Ulamaulama besar yang berasal dari kalangan Jawi abad 16-17 di antaranya adalah Syekh Abdurrauf as-Singkili, Syekh Nuruddin Al Raniri, Yusuf Al Makassari, dan lainnya. Bolehkah Mendirikan Bangunan di atas Makam? July 27, 2022. Meninggalkan Sesuatu yang tidak Bermanfaat Tanda Muslim yang Baik. July 26, 2022. SyekhAbdurrauf As-Singkili dipercaya memiliki dua makam. Satu berada di Desa Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Satu lagi di Desa Kilangan, Singkil. Makam di Singkil SejarahAgung Bangsa Acheh. Oleh. Al-Ustadz Hilmy Bakar Hasany Almascaty. Chairman The Acheh Renaissance Movement. President Acheh Red Crescent (Hilal Ahmar Asyi) 1. Pendahuluan dan Latar Belakang. Allah SWT di dalam al-Qur’an telah memperingatkan kaum Muslim akan tindakan orang-orang kafir dan munafik yang tidak akan berhenti memerangi dan B1aEo. K ompleks pemakaman orang tua Mufti Kesultanan Aceh tersebut, terlihat tidak terawat. Jalan masuk becek, serta tidak ada penanda jika puluhan meter dari pinggir sungai Lae Cinendang, itu ada situs sejarah. Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil, sepertinya belum tergerak untuk merawat jejak sejarah yang masih tersisa tersebut. Air sungai Lae Cindang di belakang permukiman penduduk Desa Tanjung Mas, Kecamatan Simpang Kanan, Aceh Singkil, terlihat tenang, Rabu 30/10/2019. Sesaat kemudian, air sungai tersebut beriak karena terdorong oleh perahu kecil berpenggerak mesin 5 Paardenkracht Pk. Tengah hari itu, Serambi di temani Warman, warga Lipat Kajang, Kecamatan Simpang Kanan, yang kini bermukim di Lae Butar, Kecamatan Gunung Meriah, naik perahu. Sekitar 10 menit perahu sudah menepi di dekat jalan setapak. Di sana ada tiga perahu milik petani kelapa sawit tertambat. Ketika menginjakan kaki di pinggir sungai, terlihat dari jarak sekitar 30 meter dua bangunan beratap seng. Bangunan itu merupakan makam Ali Fansury, ayahanda Syekh Abdurrauf As-Singkily. Nama Ali Fansury tertulis jelas di pelang nama yang digantung di atas kuburan tersebut. Sementara bangunan kedua diyakini merupakam kuburan ibunda Syekh Abdurrauf As-Singkily. Sayangnya, tidak ada keterangan nama yang tertera dalam kuburan tersebut. Kuburan Ali Fansury, menggunakan nisan bulat. Sementara kuburan di sebelahnya berbatu nisan pipih berelief. Di kebun sawit itu juga terdapat dua kuburan lain dengan batu nisan berbeda dari umumnya. Letaknya di pinggir jalan setapak menuju pintu masuk kuburan ayahanda Syekh Abdurrauf. Dua kuburan tersebut dipercaya merupakan pengawal Ali Fansury, semasa hidup. Dugaan itu mendekati kebenaran, lantaran posisi kuburan seakan menjaga pintu masuk makam ayahanda Syekh Abdurrauf. K ompleks pemakaman orang tua Mufti Kesultanan Aceh tersebut, terlihat tidak terawat. Jalan masuk becek, serta tidak ada penanda jika puluhan meter dari pinggir sungai Lae Cinendang, itu ada situs sejarah. Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil, sepertinya belum tergerak untuk merawat jejak sejarah yang masih tersisa tersebut. Cukup sulit mencari orang yang mengetahui sejarah dari makam ayahanda Syekh Abdurrauf tersebut. Begitu juga dengan asal usul Ali Fansury. Warga yang ditemui Serambi di sekitar pemakaman Ali Fansury, juga mengaku tidak tahu. "Orang yang tahu sejarah makam ini, sudah meninggal. Tapi, kita coba temui Imam Masjid Tanjung Mas, beliau mungkin banyak tahu," kata Warman. Imam Masjid Tanjung Mas, Kadiani 60, sedang duduk di teras rumah ketika Serambi, mendatanginya pada hari itu. Keturunan Raja Tanjung Mas itu, menceritakan makam Ali Fansury, dulunya masuk dalam Kerajaan Suro. Berdasarkan cerita turun temurun dari para leluhurnya, Kerajaan Suro sudah kosong sebelum masuk era Penjajahan Jepang. Sayangnya, Kadiani tak tahu persis penyebab Kerajaan Suro yang kini bekas wilayahnya masuk Desa Tanjung Mas, kosong ditinggalkan penduduk. "Tempat kuburan Ayahanda Syekh Abdurrauf, dulunya masuk Kerajaan Suro. Sekarang masuk Desa Tanjung Mas," kata Kadiani. Mengenai asal usul Ali Fansuri, Kadiani memiliki kisah yang hampir sama dengan yang diceritakan oleh masyarakat sekitar Tanjung Mas umumnya. Ali Fansury berasal dari salah satu wilayah di Sumatera Utara, dengan marga Lembong. Alkisah, pada suatu masa ada raja zalim. Di kerajaan itu, tinggal keluarga Ali Fansury. Pada saat istri Ali Fansury, mengandung Syekh Abdurrauf, banyak ternak babi mati mendadak. Atas kejadian tersebut, rakyat mengadu kepada sang raja. Lalu dipanggilah dukun untuk mengetahui penyebabnya. Dari keterangan dukun, ada perempuan mengandung yang membuat ternak babi mati. Maka raja, memerintahkan mencari dan membunuh semua perempuan hamil. Dalam musyawarah itu, hadir ayahanda Syekh Abdurrauf. Mengetahui hal itu, ia lantas mengajak sang istri yang sedang hamil beserta kedua anaknya kakak kandung Syekh Abdurrauf-red yaitu Waliyul Fani dan Aminudin melarikan diri. "Dalam pelarian itu, sampailah di Kerajaan Suro, dan menetap," kisah Imam Masjid Tanjung Mas, Kadiani. Kisah ini boleh jadi memiliki versi lain. Namun, paling penting, Kadiani berharap Pemkab Aceh Singkil, segera membangun jembatan dan memperbaiki jalan menuju pemakaman ayahanda Syekh Abdurrauf As-Singkili, serta membangun gapura di pintu masuk agar masyarakat mengetahui ada makam orang tua ulama besar di Tanjung Mas. dede rosadi Beranda / Berita / Aceh / Dua Versi Makam Ulama Aceh Syekh Abdurrauf As Singkili, Begini Pandangan Antropolog Senin, 27 Februari 2023 2100 WIB Font Ukuran - + Reporter Makam Syiah Kuala yang beralamat di Gampong Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. [Foto dok Dialeksis] Banda Aceh - Berita terkait dua lokasi makam Syekh Abdurrauf As Singkili sedang viral di kalangan masyarakat. Satu lokasi berada di Aceh Singkil dan yang satunya lagi di Syiah Kuala, Banda lokasi makam ini banyak dikunjungi oleh peziarah dan menjadi sebagai wisata religi. Makam yang berada di Aceh Singkil berlokasi di bibir sungai Singkil, sementara makam yang berada di Syiah Kuala Banda Aceh berada di bibir pantai Gampong Syiah Kuala. Menanggapi hal itu, Antropolog Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri STAIN Meulaboh, Muhajir Al Fairusy mengatakan, bahwa polemik tersebut sudah berlangsung lama, tapi tidak saling menyalahkan."Memang secara studi sejarah itu yang benar makam di Syiah kuala Banda Aceh dalam konteks dipahami orang Aceh, tetapi makam di kilangan itu juga berdasarkan keyakinan orang-orang Minang," jelasnya. Sebelumnya, kata dia, masyarakat Padang yang berasal dari bagian museum dan purbakala Muskala pernah datang ke Aceh untuk bertemu dengan pihak dinas pendidikan dan kebudayaan Aceh. Mereka meminta untuk mendirikan cungkup bangunan makam di Makam Syiah Kuala yang ada di Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala. Saat itu, orang Aceh tidak memberikan izin karena mereka ingin mendirikan bangunan mereka di Makam Syiah Kuala. Mereka mencari cara agar supaya bisa dikatakan bahwasanya Syekh Abdurrauf Assingkil itu keturunan dari mereka. Jadi dibuatlah di Aceh Singkil. Berdasarkan informasi masyarakat, kata Muhajir, awalnya di sana hanya ada makam biasa dan ada bangunannya juga. Kemudian orang Padang datang membersihkan makam yang berada di pinggir sungai tersebut dan mendirikan bangunan. "Setelah direnovasi barulah orang Padang beramai-ramai datang berziarah ke sana Singkil hingga saat ini," menjelaskan, secara ilmu antropologi tidak ada persoalan terkait keyakinan makam tersebut. Menurut hasil penelitian, orang berziarah ke makam di Singkil karena ada motivasi keyakinan dari mimpi-mimpi gurunya. "Perilaku ziarah dari pengunjung tarekat Syattariyah Pariaman itu motivasi keyakinan dari mimpi gurunya. Jadi itu perilaku ziarah berbasis keyakinan, bukan persoalan kebenaran makam," jelasnya diketahui, selain makam Syekh Abdurrauf As Singkili, terdapat beberapa makam ulama dan cendekiawan zaman dulu yang diyakini terdapat di dua tempat. Seperti misalnya Hamzah Fansuri yang selain ada di Ujong Pancu Ulee Lheue, juga disebut-sebut ada di Subulussalam. Keyword ULAMA ACEH SYEKH ABDURRAUF AS SINGKILI SYIAH KUALA Berita Terkait Sejarawan Aceh Ungkap Fakta Kebenaran Posisi Makam Syekh Abdurrauf As SingkiliDua Versi Makam Ulama Aceh Syiah Kuala, Rektor UTU Ahli Sejarah Wajib LuruskanWapres Ajak Ulama Dunia Wujudkan Tatanan Global Adil dan DamaiBPDPKS Kementrian Keuangan RI Kunjungi ARC PUIPT Nilam Universitas Syiah Kuala Komentar Anda

makam syekh abdurrauf as singkili